Minggu, 22 Des 2024
AgamaOpini

Massa di Pakistan membakar gereja-gereja atas tuduhan penistaan agama, ratusan orang ditangkap

Serangan itu terjadi di Jaranwala, di bagian timur Provinsi Punjab, Pakistan.

Polisi mengatakan sekitar empat gereja telah terbakar, sementara masyarakat setempat mengatakan hampir 12 gedung-gedung yang berkaitan dengan gereja dirusak.

Usman Anwar, kepala polisi di provinsi Punjab, mengatakan aparat keamanan telah menangkap lebih dari 120 orang karena keterlibatan mereka dalam kerusuhan itu, yang diidentifikasi melalui video media sosial.

Anwar menambahkan, lima kasus telah diajukan ke hukum terhadap ratusan orang yang diduga bertanggung jawab atas kekerasan tersebut. Penangkapan para pelaku akan terus dilakukan setelah proses identifikasi selesai.

Pelaku penistaan agama dapat dihukum mati di Pakistan.

Meskipun belum pernah ada yang divonis hukuman mati secara resmi, puluhan orang sudah dibunuh oleh massa setelah menjadi tersangka penistaan agama.

Islam merupakan agama mayoritas di Pakistan, dengan sekitar 96% dari penduduk di negara tersebut berasal dari komunitas Muslim.

Gereja Salvation Army yang bersejarah di Pakistan masih ‘membara’ pada Kamis kemarin, sehari setelah kerusuhan.

Reruntuhan bangunan itu juga telah dikelilingi dengan kawat berduri karena situasi di kota tetap tegang. Pertemuan publik juga telah dibatasi selama tujuh hari di distrik Faisalabad, termasuk Jaranwala.

Aksi kekerasan itu telah memicu protes dari umat Kristen di beberapa kota Pakistan, termasuk Hyderbabad

Pihak kepolisian yang menangani kasus dua pria Kristen itu menyatakan mereka telah menemukan kitab Al-Quran yang dicoret-coret dengan tulisan bertinta merah dengan nada kebencian, berdasarkan laporan kantor berita Reuters.

Yassir Bhatti, seorang warga Kristen berusia 31 tahun, adalah salah satu penduduk yang terpaksa kabur dari rumahnya.

“Mereka memecahkan jendela, pintu dan merampas kulkas, sofa, kursi dan perabotan rumah lainnya dan itu semua ditumpuk di depan gereja untuk dibakar,” kata Yassir kepada kantor berita AFP.

“Mereka juga membakar dan menodai Alkitab, mereka kejam.”

Video yang beredar di media sosial menunjukkan para pengunjuk rasa menghancurkan gedung-gedung milik umat Kristen. Sementara, pihak polisi hanya menonton kerusuhan dari jauh.

Seorang jemaat gereja menangis saat mengatakan kepada BBC: “Mereka membakar segalanya. Mereka menghancurkan rumah kami, rumah Tuhan ini.”

Korban lain, bernama Sonam, melarikan diri bersama ketiga anaknya tepat sebelum daerah itu diserang.

“Kami langsung pergi tanpa berkemas,” katanya. “Kami menjemput anak-anak kecil kami dan berlari begitu saja.”
Mengapa kekerasan kerap terjadi?

Aksi kekerasan ini bukan yang pertama. Dua tahun lalu, seorang pria Sri Lanka yang dituduh melakukan penistaan agama dibunuh oleh massa yang marah dan tubuhnya dibakar.

Pada 2009, kelompok massa membakar sekitar 60 rumah dan membunuh enam orang di distrik Gorja di Punjab, setelah menuduh mereka menghina Islam.

Pakistan mewarisi hukum penistaan agama dari Inggris pada abad ke-19. Pada 1980-an, Islamabad memberlakukan hukuman yang lebih keras, termasuk hukuman mati kepada mereka yang menghina Islam.

Kekerasan yang dipicu agama di Pakistan telah meningkat sejak negara itu membuat aturan penodaan agama dapat dihukum mati, yang kemudian “mendukung perilaku kekerasan,” kata Ifteharul Bashar, peneliti di lembaga RSIS yang berfokus pada kekerasan politik dan agama di Asia Selatan, kepada BBC .

“Masyarakat Pakistan telah mengalami fragmentasi yang meningkat, didorong oleh kesenjangan ekonomi yang melebar, yang mengarah pada peningkatan kekerasan pada kelompok agama minoritas,” kata Bashar, seraya menambahkan bahwa munculnya “faksi ekstremis dan main hakim sendiri” di Pakistan juga telah berkontribusi pada hal ini.

Amir Mir, Menteri Informasi di Provinsi Punjab, mengutuk dugaan penistaan agama tersebut dan mengatakan dalam keterangan resmi bahwa ribuan polisi telah dikirim ke daerah tersebut dan puluhan orang telah ditahan.

Massa kebanyakan terdiri dari orang-orang dari partai politik Islam, Tehreek-e-Labbaik Pakistan (TLP), kata seorang sumber pemerintah kepada Reuters. Namun, TLP telah membantah kabar bahwa mereka terlibat.

Perdana Menteri interim Pakistan, Anwaar ul Haq Kakar, meminta aparat segera menindak orang-orang yang bertanggung jawab atas kekerasan tersebut.

Uskup Pakistan di Kota Lahore, Azad Marshall, mengatakan komunitas Kristen “sangat sedih dan tertekan” akibat peristiwa itu.

“Kami menyerukan keadilan dan tindakan dari penegak hukum dan mereka yang memberikan keadilan, dan keselamatan semua warga negara untuk segera turun tangan dan meyakini kami bahwa hidup kami berharga di tanah air kami sendiri,” tulisnya dalam unggahan X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.

sumber: https://www.bbc.com/indonesia/articles/cpw8l4z3x3yo



Baca Juga